Jumat, 09 Oktober 2009

The Journey of Taroeh Wijaya

Memang benar apa kata pepatah arab yang menyebutkan bahwa belajar diwaktu muda bagai melukis diatas batu, sedang belajar diwaktu tua itu bagai melukis di atas air. Dengan artian bahwa kita harus benar-benar mempergunakan waktu untuk belajar diwaktu muda agar ilmu itu banyak manfaatnya bagi banyak orang, membekas didalam jiwa sanubari dan bertahan lama seperti pahatan diatas batu. Tidak akan terhapus kecuali batu itu hancur menjadi pasir.

Namaku Taroeh Wijaya, tetapi orang-orang ditempat tinggalku memanggilku dengan sebutan mister (Mr.) yang dalam bahasa Inggris berarti bapak. Tetapi sebetulnya aku belum bapak-bapak, umurku baru 26 tahun. Dipanggil mister itu karena aku pernah sekolah diluar negeri untuk mengambil S2.

Seperti pernyataanku diatas, waktu muda adalah waktu emas bagi para pencari ilmu. Walaupun orang bilang aku ini berpendidikan tinggi dan banyak ilmunya. Tetapi jujur saja aku sangat ingin mengulangi masa mudaku dulu dan mempelajari lagi tentang agama Islam. Membaca Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an dan Al-Hadits seperti layaknya anak-anak yang hidup disekitar pesantren didaerah pesisian kota. Karena hal itulah yang luput dari kegiatanku dimasa muda yang hobinya belajar ilmu-ilmu scient, mempelajari pelajaran hidup tokoh-tokoh terkenal di bidang scient dan bermain komputer.

Tapi Alloh SWT Mungkin telah memberikan hidayahnya kepadaku lewat kematian ibuku yang telah berpulang 4 tahun yang lalu akibat penyakit kanker yang dideritanya. Dari sejak itu aku baru sadar bahwa hidup ini akan berakhir, sedangkan aku tak punya apa-apa untuk dibawa didepan pengadilan Alloh SWT. Dari sejak itulah sampai saat ini kurang lebih 4 tahun, hatiku terpanggil untuk mempelajari agama Islam.

Satu minggu setelah meninggalnya ibu, aku memutuskan untuk mempelajari agama Islam disebuah pesantren. Lewat kefasihanku berbahasa Inggris, aku berhasil masuk ke pesantren tersebut dengan mudah, dan diizinkan untuk tinggal didalam pesantren. Dan aku berjanji kepada diriku sendiri untuk tinggal dan mempelajari Islam selama kurang lebih 5 tahun di pesantren inisampai nanti aku melanjutkan businessku lagi dan masuk ke jenjang pernikahan.

Pada mulanya aku benar-benar malu. Mengapa tidak!!! Karena ditempat ini aku merasa seperti bayi yang baru lahir, yang tak tahu sedikitpun tentang agama Islam , sementara disini anak-anak saja sudah sangat fasih dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Tapi sungguh sangat menggelikan, aku disini dipanggil pak ustad. Yang dalamkebiasaan dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai orang yang pintar dalam ilmu agama Islam dan pantas menjadi guru. Bukan hanya itu saja, disini aku diperlakukan layaknya ustad-ustad yang lain yang pintar dalam hal agama. Sungguh segala puji bagi Alloh yang telah menutupi aib-aibku diwaktu itu. Orang yang hanya mengetahui tentang sholat saja tetapi orang banyak yang menganggap aku telah mumpuni dalam hal pengetahuan Islam.

Karena aku malu oleh rekan-rekan kerja dan para muriddalam mempelajari agama Islamsecara terang-terangan, makanya secara sembunyi –sembunyi aku meminta salah seorang muridku yang baru kelas 2 SMP sebagai guru mengajiku. Namanya Abdullah.

Abdullah adalah anak yang biasa-biasa saja di kelas, tetapi kemampuan hafalan Qur’annya memang luar biasa. Dia sudah menghafal 20 Juz Al-Qur’an. Dia adalah murid yang sangat baik, karena dia mengajariku membaca dan menghafal Al-Qur’an tanpa membuka rahasia kebodohanku kepada siapapun. Sedangkan ilmu pengetahuan agama aku dapatkan dari buku-buku yang berada di perpustakaan yang setelah aku baca kemudian aku diskusikan bersama teman-teman guru yang lain.

Sebagai timbal-baliknya terhadap Abdullah, aku mengajarinya berbahasa Inggris. Dan bukan hanya itu saja, aku menanggung biaya Abdullah selama di pesantren ini semenjak 3 tahun yang lalu kerena sejak 3 tahun itulah Abdullah yang sudah ditinggalkan ayahnya sejak kecil kini harus menerima kenyataan bahwa ibunyapun telah dipanggil oleh Yang Maha Pencipta. Inilah kisahku dengan Abdullah yang sekarang sudah berada di kelas XII. Dia sebagai guru dan sebagai adik bagiku yang cuma hidup semata wayang.

Alhamdulillah berkat usaha yang gigih dan do’a yang tidak ada hentinya, aku sekarang sudah jauh berbeda dengan aku yang dahulu. Berkat bantuan Abdullah dan teman-teman yang lain, kini aku bukan hanya bisa membaca Al-Qur’an, tetapi aku sudah mengerti makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an, dan dibawah bimbingan Ust. Ghafur aku kini sudah mulai menghafal Al-Qur’an. Lumayan, berkat Ustad lulusan Universitas Kairo Mesir ini, aku sudah berhasilmenghafal Al-Qur’an lebih dari 15 Juz selama 2 tahun terakhir ini.

Sungguh tidak ada yang terlambat di dunia ini untuk belajar, dan sungguh Alloh Maha Mengabulkan dan tidak akan menyia-nyiakan usaha dan keteguhan hamba-hambanya. Seperti pepatah if there is a will there is a way, maka sesungguhnya didalam Al-Qur’anulkarim disebutkan dalam surat Al Insyirah ayat 6 bahwa sesungguhnya didalam kesulitan ada kemudahan. Sungguh Maha Besar Alloh atas segala firmannya yang telah merubahku dari kejahiliyahan kedalam dunia yang terang benderang dengan cahaya iman dan Islam.

Tidak sampai disitu saja anugerah yang aku dapatkan. Sesungguhnya Alloh SWT Maha Penyayang, Maha Rahman. Bulan kemarin aku telah menemukan calon pendamping hidupku, Dia adalah seorang hafidzhoh sarjana sastra arab dari Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir. Dia masih keponakan Ust. Ghafur.

Aku dan Dia telah melaksanakan khidbah (tunangan) sebagai lanjutan dari ta’aruf (perkenalan). InsyaAlloh kami akan melaksanakan pernikahan minggu depan di tempat kediaman calon istriku.

Sungguh besar anugerah Alloh SWT dalam hidup ini. Siapa sangka aku yang sarjana S2 dari Sarbone University-Paris yang tidak tahu tentang apa itu Islam sesungguhnya, sekarang bisa mendapat seorang hafidhoh. Sungguh jikapun Alloh SWT bertanya kepadaku dengan sebuah ayat “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Maka aku akan menjawab: “Tidak Tuhanku, tidak ada sedetikpun nikmatmu yang dapat aku dustakan. Aku hanyalah seperti debu dihadapanMu yang tidak akan sanggup untuk melakukan sesuatu kecuali atas izin dan kuasaMu”. Syukron.